Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Gotong Royong Masih Nampak Di Kehidupan Desa

Seiring berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, ketergantungan umat manusia terhadap barang mewah semakin tinggi. Ada sedikit perbedaan pandangan antara masyarakat yang hidup di pedesaan dan masyarakat yang hidup di perkotaan.

Di desa dengan segala keterbatasan sumber daya, aksesbilitas, sarana dan prasarana membuat hidup masyarakat di desa merasa nyaman dengan situasi dan kondisi akan majunya teknologi. 

Berdasarkan pengalaman penulis karena penulis juga berasal dari desa yang minimnya akses dalam menggunakan fasilitas seperti jalan raya yang bagus, jaringan listrik, jaringan telepon dan fasilitas lainnya, masyarakat desa hanya fokus untuk bertani, berkebun, beternak, untuk mencari penghasilan apa adanya agar memenuhi kebutuhan konsumsi setiap hari.

Masyarakat di desa hanya sebatas memenuhi kebutuhan pangan (makanan) seadanya, papan (perumahan) yang sederhana dan sandang (pakaian secukupnya). Prinsipnya ada dan memenuhi kebutuhan dan kelangsungan hidup sehari-hari.

Semangat kekeluargaan dan gotong royong selalu menjadi landasan utama dalam membangun hidup sosisal dan ekonomi apa adanya. Kebutuhan primer (pokok) menjadi tujuan utama, dibandingkan dengan mengejar kebutuhan sekunder (tambahan) dan tersier (mewah). Ini memang fakta yang terjadi di desa.

Pengalaman penulis sedikit menyentil kehidupan di perkotaan karena bekerja di kota. Memang berbeda jauh. Masyarakat yang hidup di kota, dengan tersedianya akses jalan hotmix, aspal berlapis-lapis, listrik menerangi di sepanjang jalan dan di sudut-sudut kota, jaringan air yang memadai, jaringan internet yang cepat sebagai media informasi informasi.

Masyarakat di kota lebih cepat mengakses informasi terkini dan perkembangan dunia di segala bidang kehidupan. Ketergantungan manusia terhadap teknologi sangat tinggi. Bahkan ada sebagian orang yang merasa stres jika sinyal Handphone (Hp) putus dalam beberapa waktu yang singkat. 

Fakta, juga ada masyarakat yang merasa marah, benci dan stres jika listrik padam untuk beberapa waktu. Karena apa? ketergantungan terhadap teknologi yang sangat tinggi membuat masyarakat di kota mau tidak mau semua akses, fasilitas, sarana dan prasarana harus berada pada posisi normal dan tidak boleh ada gangguan atau rusak.

Kehidupan masyarakat di kota sudah pada level atas. Semua kebutuhan hidup baik makanan, rumah, pakaiaan, dipoles lagi dengan barang mewah seperti televisi, motor, mobil, Hp, internet, dan barang berharga seperti berlian dan emas membuat masyarakat kota hidup pada taraf layak dan sejahtera.

Masyarakat kota jarang bertani dan berkebun untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Semangat kekeluargaan dan gotong royong jarang terlihat dalam setiap sendi kehidupan manusia. Artinya bahwa masyarakat desa adalah produsen sedangkan masyarakat kota adalah konsumen. Di sini terjadinya simbiosis. Masyarakat desa pergi ke kota dengan berbagai kepentingan dan melihat kota sebagai tempat untuk memenuhi keinginan dan kebutuhan.

Penulis lebih mengkerucutkan pada salah satu contoh nyata dalam memanfaatkan Hp. Hp? Hp atau telepon genggam dengan berbagai tipe. Hp adalah salah satu alat komunikasi yang membutuhkan jaringan atau sinyal. 

Jika di desa tidak ada listrik maka tidak tersedianya jaringan atau sinyal secara normal.  Ada desa yang tidak tersedianya jaringan listrik tetapi desa tersebut dapat menjangkau jaringan atau sinyal karena jangkauannya memungkinkan tetapi tidak maksimal dalam memanfaatkan jaringan atau sinyal tersebut.

Artinya bahwa masyarakat di desa jika mau menggunakan Hp harus meletakan Hp di tempat ketinggian atau di posisi strategis yang dapat menjangkau sinyal tersebut akan tetapi juga tidak maksimal.

Sedangkan, masyarakat di kota memanfaatkan semuanya secara maksimal tanpa batas. Penggunaan Hp dengan komponen fitur yang lengkap membuat masyarakat kota selalu happy. Sebut saja aplikasi seperti Facebook, Whatsapp, BBM, Instagram, Line dan twiter dan fitur-fitur menarik lainnya.

Beberapa fitur atau aplikasi tersebut merupakan media informasi dan komunikasi untuk memenuhi kebutuhan. Berkembangnya ilmu pengetahuan yang pesat ini sehingga media tersebut dimanfaatkan untuk memperlancar pekerjaan, bisnis dan memperoleh informasi terkini serta berkomunikasi di level global.

Tidak salah dengan kehadiran alat ini (Hp dengan kelengakap berbagai fitur atau aplikasi). Penting untuk hajat hidup banyak orang, tetapi kadang di salah gunakan dalam pemakaiaannya. 

Misalnya aplikasi facebook (fb) dipakai untuk menyebar fitnah, menyebar informasi sesat atau tidak benar, memuat konten pornografi dan porno aksi, dan memuat informasi yang tidak menyenangkan seperti mengungkapkan kalimat tidak senonoh, penipuan, menyinggung perasaan orang lain, tidak menghargai dan menghormati sesama umat manusia, perselingkuhan dan ajang pamer tubuh yang seharusnya tidak dipamerkan di media sosial untuk diketahui jutaan orang.

Memang tidak bisa dipungkiri fenomena-fenomena sosial masyarakat khusus di kota. Fenomena tersebut ada yang berujung sampai di meja hijau lalu di pidana kurungan penjara dan juga sampai merengut nyawa karena ketersinggungan di media sosial.

Oleh karenanya kita harus semakin bijak dalam menggunakan fasilitas yang tesedia agar tidak merugikan diri sendiri dan orang lain. Masyarakat sudah pada level sakit berat dalam menggunakan media tersebut. Karena kurang berhati-hati dan bijak. Seharusnya semakin tinggi tingkat pengetahuan maka semakin bijak dalam penggunaan media tersebut.

Fakta berbicara lain, mungkin kita harus selalu mendekatkan diri dengan yang Tuhan, agar meminimalisir konflik dalam bermedia sosial. Konflik seperti yang disebutkan di atas memang sering terjadi pada masyarakat kota karena tersedianya akses yang memadai. Berbeda dengan masyarakat desa karena minimnya bahkan tidak tersedianya akses  yang disebutkan contoh di atas.

Pendidkan karakter dan gerakan revolusi mental perlu ditanamkan sejak dini, mulai dari kehidupan keluarga, lembaga pendikan dan tempat kerja. Dipupuk terus menerus agar tumbuh subur dalam setiap insan manusia agar dijiwai dan menjiwai seluruh aktifitas di segala bidang kehidupan umat manusia.

Bukan saja dilakukan oleh orang dewasa saja, tetapi mulai dari anak usia sekolah SD, SMP dan SMA yang sudah memahami penggunaan alat tersebut. Tentu saja bagi kalangan anak usia sekolah sangat-sangat mengganggu aktifitas belajarnya karena ketergantungannya terhadap media sosial sangat tinggi dan salah pemanfaatannya.

Ini fakta yang terjadi. Oleh karena itu berjaga-jagalah, berhati-hatilah, bijak, dalam memanfaatkan akses yang tersedia secara maksimal agar tidak menimbulkan kerugian bagi diri sendiri dan orang lain sehingga terciptanya situasi dan kondisi sosial masyarakat baik yang di desa maupun di kota, terciptanya sikap saling menghargai dan menghormati, berbudi luhur, seperti yang dicita-citakan bangsa ini berdasarkan Semangat Pancasila.

Penulis: Avril


Post a Comment for "Gotong Royong Masih Nampak Di Kehidupan Desa"